Berita

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya

SURABAYA BERHASIL MENGENTASKAN KEMISKINAN EKSTRIM MENJADI ZERO ATAU 0%

May 07, 2024

Mencapai Target SDGs lebih cepat 6 Tahun !

Bappedalitbang, 7 Mei 2024 - Pemerintah Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi telah berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrim menjadi 0% pada tahun 2024. Hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa dalam upaya pengentasan kemiskinan di kota terbesar kedua di Indonesia ini.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan ekstrim di Surabaya pada tahun 2021 masih berada di angka 1,2% atau sekitar 35 ribu jiwa. Kemudian pada tahun 2022 turun menjadi 0,8% atau sekitar 23 ribu jiwa. Akhirnya, pada April 2024, Wali Kota Eri Cahyadi menetapkan Keputusan Walikota bahwa data sasaran keluarga miskin ekstrim di Kota Surabaya sudah mencapai 0 jiwa atau 0 kepala keluarga.

Keberhasilan Surabaya dalam mengentaskan kemiskinan ekstrim tidak lepas dari berbagai program dan kebijakan yang dijalankan Pemkot Surabaya secara komprehensif dan terintegrasi. Beberapa program unggulan yang dilaksanakan antara lain:


  1. Program Padat Karya yang melibatkan masyarakat miskin dalam berbagai proyek pembangunan dan usaha produktif seperti pembuatan paving, budidaya ikan, pertanian, wisata, dll. Program ini mampu meningkatkan pendapatan warga miskin secara signifikan.
  2. Bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran bagi keluarga miskin, seperti bantuan biaya listrik, renovasi rumah tidak layak huni, kredit usaha murah, dll.
  3. Pengembangan UMKM dan kewirausahaan melalui pelatihan, pendampingan, akses permodalan dan pemasaran digital. Pemkot mengalokasikan anggaran hingga Rp 3 triliun untuk pemberdayaan UMKM.
  4. Peningkatan layanan dasar publik yang berkualitas dan mudah diakses warga miskin, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, administrasi kependudukan, dll.

Kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga keagamaan, dan masyarakat dalam penanganan kemiskinan.

Atas keberhasilannya menurunkan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrim, Pemkot Surabaya mendapatkan penghargaan dan insentif fiskal dari pemerintah pusat. Surabaya juga dijadikan percontohan nasional dalam percepatan penghapusan kemiskinan ekstrim.

Keberhasilan Surabaya mengentaskan kemiskinan ekstrim menjadi 0% patut diapresiasi dan direplikasi oleh daerahdaerah lain di Indonesia. Dengan kepemimpinan yang inovatif, kebijakan yang tepat sasaran, dan kolaborasi semua pihak, masalah kemiskinan yang kompleks dapat dituntaskan secara efektif dan berkelanjutan.

Pencapaian Surabaya dalam mengentaskan kemiskinan ekstrim juga berkontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya Tujuan 1 yaitu Tanpa Kemiskinan (No Poverty). Target SDGs yang terkait kemiskinan antara lain:

sdgs


Target 1.1: Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari $1,25 per hari.

Target 1.2: Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan di semua dimensi, sesuai dengan definisi nasional.

Dengan mencapai 0% kemiskinan ekstrim pada tahun 2024, Surabaya telah mewujudkan target SDGs tersebut 6 tahun lebih cepat dari tenggat waktu 2030. Ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Pemkot Surabaya dalam mendukung agenda pembangunan global.

Selain itu, upaya pengentasan kemiskinan di Surabaya juga berdampak positif pada pencapaian SDGs lainnya seperti Tujuan 2 (Tanpa Kelaparan), Tujuan 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), Tujuan 4 (Pendidikan Berkualitas), Tujuan 6 (Air Bersih dan Sanitasi), Tujuan 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta Tujuan 10 (Berkurangnya Kesenjangan).

Keberhasilan Surabaya menjadi inspirasi dan pembelajaran berharga bagi kota-kota lain di Indonesia dan dunia dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, serta mencapai tujuan-tujuan SDGs demi kesejahteraan seluruh masyarakat.

Setelah berhasil mengentaskan kemiskinan ekstrim, target selanjutnya bagi Pemkot Surabaya adalah mengurangi jumlah keluarga miskin dan pra miskin. Berdasarkan data Dinas Sosial Surabaya, hingga saat ini masih terdapat 92.892 jiwa / 33.723 KK miskin dan 286.082 jiwa / 89.050 KK pra miskin di Surabaya. Jika tidak ditangani dengan tepat, keluarga pra miskin ini berpotensi jatuh menjadi miskin.

Untuk itu, Wali Kota Eri Cahyadi menargetkan pada Agustus 2023, sebanyak 65 ribu kepala keluarga miskin harus sudah memiliki penghasilan minimal Rp 4 juta per bulan. Berbagai intervensi dan program pemberdayaan akan dilakukan oleh Pemkot Surabaya bekerja sama dengan seluruh stakeholder untuk mencapai target tersebut.

Program prioritas yang akan dilaksanakan antara lain perluasan padat karya, pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan, penyerapan tenaga kerja oleh dunia usaha, peningkatan kualitas layanan dasar, serta perlindungan sosial yang komprehensif bagi keluarga miskin dan rentan. Kolaborasi dan sinergi dari semua pihak menjadi kunci keberhasilan upaya pengentasan kemiskinan dan keluarga pra miskin di Surabaya.

Dengan komitmen kepemimpinan yang kuat, kebijakan yang inovatif dan tepat sasaran, partisipasi aktif masyarakat, serta dukungan semua pemangku kepentingan, Surabaya optimis dapat mewujudkan kota yang semakin sejahtera, berkeadilan, dan bebas dari kemiskinan di masa mendatang. Keberhasilan ini akan menjadi contoh dan inspirasi bagi wilayah lain dalam mewujudkan tujuan "NO ONE LEFT BEHIND" sesuai semangat SDGs. (Bappedalitbang)


"Kemiskinan ekstrem di mana pun merupakan ancaman bagi keamanan manusia di mana pun." — Kofi Annan, Sekretaris Jenderal Ketujuh Perserikatan Bangsa-Bangsa