Berita

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya

Rembuk Stunting dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting Kota Surabaya Tahun 2020

October 20, 2020

Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan Rembuk Stunting pada Senin, 19 Oktober 2020 secara fisik dan daring, bertempat di Ruang Kadiri dan Ruang Kerja masing-masing. Rembuk Stunting dilaksanakan bersama-sama Pemerintah Kota Surabaya beserta stakeholder terkait untuk melakukan konfirmasi, sinkronisasi dan sinergitas hasil analisis situasi dan penyusunan rancangan rencana kegiatan dari perangkat daerah penanggung jawab layanan di Tingkat Kabupaten bersama-sama Kecamatan, Puskesmas dan Kelurahan dalam upaya penurunan stunting terintegrasi di kelurahan prioritas penurunan stunting tahun 2020-2021.

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya.

Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi. Di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua, setelah Cambodia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Sedangkan angka prevalensi Stunting di Jawa Timur hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 mencapai angka 32,7%. Angka tersebut menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur masih diatas angka rata-rata prevalensi Nasional. Adapun hasil Riset Riskesdas 2018 di Kota Surabaya menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 14,83% selama periode 5 tahun, yaitu dari 23,75% (2013) menjadi 8,92% (2018).

Diharapkan melalui kegiatan Rembuk Stunting tersebut program/kegiatan penurunan stunting tingkat Kota Surabaya yang dilakukan antar perangkat daerah penanggung jawab layanan dan partisipasi masyarakat bisa semakin terintegrasi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Surabaya menjadi lebih optimal.